Rabu, 21 Oktober 2009

PESTISIDA DALAM LINGKUNGAN

Pestisida (Inggris : pesticide) secara harfiah berarti pembunuh hama (pest: hama dan cide : membunuh). Pestisida sendiri merupakan substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Bagi para petani hama tersebut seperti serangga; gulma; penyakit-penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi, bakteri dan virus; tikus; burung; serta hewan lain yang merugikan. Bagi kehidupan rumah tangga dan manusia khususnya, hama tersebut seperti lalat; nyamuk; kecoak; ulat; rayap; kutu; dan banyak lagi yang lain.
Penggunaan pestisida saat ini cukup besar, sehingga saat ini banyak produk pestisida yang beredar di masyarakat, dimana masing-masing jenis pestisida tersebut memiliki fungsi dan daya toksik (daya racun) yang berbeda-beda. Selain dapat membantu manusia dalam mengatasi gangguan hama dan penyakit, ternyata pestisida memberikan pengaruh yang besar terhadap organisme atau lingkungan. Hal ini dapat terjadi apabila residu pestisida masuk ke lingkungan baik disengaja ataupun tidak, sehingga dapat mencemari lingkungan.

EUTROFIKASI DALAM DANAU

Secara alamiah logam berat dikandung oleh berbagai mineral dalam berbagai batuan penyusun kerak bumi. Proses alamiah lain yang mungkin menyebarkan logam berat adalah proses vulkanik. Manusia adalah makhluk yang paling bertanggung jawab terhadap peningkatan mobilisasi, perpindahan dan akumulasi logam berat di lingkungan. Melalui berbagai kegiatan industri misalnya logam berat masuk ke atmosfer, tanah, dan perairan melebihi kemampuan alamiah untuk memprosesnya. Bahan – bahan demikian dikenal sebagai bahan Xanbiotik atau Antropogenik. Logam berat tersebut masuk ke ekosistem tanah dalam bentuk organik maupun anorganik. Kegiatan pertanian berpeluang memberikan andil terhadap polusi logam berat, karena berbagai bahan untuk kegiatan pertanian mengandung logam berat, contohnya seperti herbisida, fungisida, insektisida, pupuk fosfat,dsb.
Berbagai factor lingkungan berpengaruh terhadap logam berat. Factor – factor tersebut adalah : keasaman tanah, bahan organic, suhu, tekstur, mineral, dan kadar unsur lain.
Eutrofikasi merupakan problem lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah fosfat (PO43-), khususnya dalam ekosistem air tawar. Definisi dasarnya adalah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 µg/L. Sejatinya, eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah di mana danau mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa.
Kondisi eutrofik sangat memungkinkan alga, tumbuhan air berukuran mikro, untuk tumbuh berkembang biak dengan pesat (blooming) akibat ketersediaan fosfat yang berlebihan serta kondisi lain yang memadai. Hal ini bisa dikenali dengan warna air yang menjadi kehijauan, berbau tak sedap, dan kekeruhannya yang menjadi semakin meningkat. Banyaknya eceng gondok yang bertebaran di rawa-rawa dan danau-danau juga disebabkan fosfat yang sangat berlebihan ini. Akibatnya, kualitas air di banyak ekosistem air menjadi sangat menurun. Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas nol, menyebabkan makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan lainnya dalam mata rantai ekosistem air menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem air. Permasalahan lainnya, cyanobacteria (blue-green algae) diketahui mengandung toksin sehingga membawa risiko kesehatan bagi manusia dan hewan. Algae bloom juga menyebabkan hilangnya nilai konservasi, estetika, rekreasional, dan pariwisata sehingga dibutuhkan biaya sosial dan ekonomi yang tidak sedikit untuk mengatasinya.
Menurut Morse et al 1993 (The Economic and Environment Impact of Phosphorus Removal from Wastewater in the European Community), fosfat yang masuk ke permukaan air, 10 persen berasal dari proses alamiah di lingkungan air itu sendiri (background source), 7 persen dari industri, 11 persen dari detergen, 17 persen dari pupuk pertanian, 23 persen dari limbah manusia, dan yang terbesar 32 persen dari limbah peternakan

EUTROFIKASI DALAM DANAU

Secara alamiah logam berat dikandung oleh berbagai mineral dalam berbagai batuan penyusun kerak bumi. Proses alamiah lain yang mungkin menyebarkan logam berat adalah proses vulkanik. Manusia adalah makhluk yang paling bertanggung jawab terhadap peningkatan mobilisasi, perpindahan dan akumulasi logam berat di lingkungan. Melalui berbagai kegiatan industri misalnya logam berat masuk ke atmosfer, tanah, dan perairan melebihi kemampuan alamiah untuk memprosesnya. Bahan – bahan demikian dikenal sebagai bahan Xanbiotik atau Antropogenik. Logam berat tersebut masuk ke ekosistem tanah dalam bentuk organik maupun anorganik. Kegiatan pertanian berpeluang memberikan andil terhadap polusi logam berat, karena berbagai bahan untuk kegiatan pertanian mengandung logam berat, contohnya seperti herbisida, fungisida, insektisida, pupuk fosfat,dsb.
Berbagai factor lingkungan berpengaruh terhadap logam berat. Factor – factor tersebut adalah : keasaman tanah, bahan organic, suhu, tekstur, mineral, dan kadar unsur lain.
Eutrofikasi merupakan problem lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah fosfat (PO43-), khususnya dalam ekosistem air tawar. Definisi dasarnya adalah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 µg/L. Sejatinya, eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah di mana danau mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa.
Kondisi eutrofik sangat memungkinkan alga, tumbuhan air berukuran mikro, untuk tumbuh berkembang biak dengan pesat (blooming) akibat ketersediaan fosfat yang berlebihan serta kondisi lain yang memadai. Hal ini bisa dikenali dengan warna air yang menjadi kehijauan, berbau tak sedap, dan kekeruhannya yang menjadi semakin meningkat. Banyaknya eceng gondok yang bertebaran di rawa-rawa dan danau-danau juga disebabkan fosfat yang sangat berlebihan ini. Akibatnya, kualitas air di banyak ekosistem air menjadi sangat menurun. Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas nol, menyebabkan makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan lainnya dalam mata rantai ekosistem air menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem air. Permasalahan lainnya, cyanobacteria (blue-green algae) diketahui mengandung toksin sehingga membawa risiko kesehatan bagi manusia dan hewan. Algae bloom juga menyebabkan hilangnya nilai konservasi, estetika, rekreasional, dan pariwisata sehingga dibutuhkan biaya sosial dan ekonomi yang tidak sedikit untuk mengatasinya.
Menurut Morse et al 1993 (The Economic and Environment Impact of Phosphorus Removal from Wastewater in the European Community), fosfat yang masuk ke permukaan air, 10 persen berasal dari proses alamiah di lingkungan air itu sendiri (background source), 7 persen dari industri, 11 persen dari detergen, 17 persen dari pupuk pertanian, 23 persen dari limbah manusia, dan yang terbesar 32 persen dari limbah peternakan

Rabu, 14 Oktober 2009

Karbondioksida : Sifat-Sifat Kimia dan Fisika

Karbondioksida : Sifat-Sifat Kimia dan Fisika: "Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan tenggorokan. Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas di membran mukosa dan saliva, membentuk larutan asam karbonat yang lemah. Sensasi ini juga dapat dirasakan ketika seseorang bersendawa setelah meminum air berkarbonat (misalnya Coca Cola). Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan kehidupan hewan.[2]

Pada keadaan STP, rapatan karbon dioksida berkisar sekitar 1,98 kg/m³, kira kira 1,5 kali lebih berat dari udara. Molekul karbon dioksida (O=C=O) mengandung dua ikatan rangkap yang berbentuk linear. Ia tidak bersifat dipol. Senyawa ini tidak begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa membantu pembakaran logam seperti magnesium.

Pelet kecil dari es kering yang menyublim di udara.
Struktur kristal es kering

Pada suhu −78,51° C, karbon dioksida langsung menyublim menjadi padat melalui proses deposisi. Bentuk padat karbon dioksida biasa disebut sebagai 'es kering'. Fenomena ini pertama kali dipantau oleh seorang kimiawan Perancis, Charles Thilorier, pada tahun 1825. Es kering biasanya digunakan sebagai zat pendingin yang relatif murah. Sifat-sifat yang menyebabkannya sangat praktis adalah karbon dioksida langsung menyublim menjadi gas dan tidak meninggalkan cairan. Penggunaan lain dari es kering adalah untuk pembersihan sembur.


Source :

Offers Review and Software Download Free
"